Jumat, 13 Juli 2012

Transfusi darah



Transfusi darah adalah proses mentransfer darah dari satu orang ke dalam sistem peredaran darah orang lain. Transfusi darah dapat menyelamatkan jiwa dalam beberapa situasi, seperti kehilangan darah besar karena trauma, atau dapat digunakan untuk menggantikan darah yang hilang selama operasi. Namun, tidak jarang transfusi darah juga menimbulkan bencana bagi penerimanya karena ketidakcocokan darahnya dengan pendonor atau kesalahan teknis pada dokter. Transfusi darah juga dapat digunakan untuk mengobati anemia berat atau trombositopenia yang disebabkan oleh penyakit darah dan hemofilia.
unit darah yang akan di donorkan harus disimpan dalam lemari es untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan memperlambat metabolisme sel. Transfusi harus dimulai dalam 30 menit setelah unit telah diambil keluar dari penyimpanan dikendalikan. Sebelum darah diberikan, rincian pribadi pasien dicocokkan dengan darah untuk ditransfusikan, untuk meminimalkan risiko reaksi transfusi. Sebuah unit darah (hingga 500 ml) biasanya diberikan selama 4 jam. 1 unit darah yang telah diambil dari donor mengandung sekitar 450 ml darah dan 60-70ml anti koagulan. Pengawet yang berfungsi sebagai anti koagulan dan menyediakan gula untuk metabolisme sel darah merah
Darah dapat disimpan pada 1- 6 Derajat Celsius di Bank darah selama 21-35 hari. Tergantung jenis pengawet atau anti koagulan yg dipakai. Setelah itu harus dibuang karena sudah banyak sel darah merah yg mati secara invivo. Darah yang sudah tersimpan lebih dari 24 jam tidak lagi mengandung trombosit. Darah hanya dapat diberikan secara intravena. Karena itu membutuhkan insersi kanula sekaliber cocok.
Adapun syarat-syarat pen-donor darah adalah sebagai berikut :
a.       Berat badan harus lebih dari 50 Kg untuk donor standart 450 ml. donor yg berat badannya kurang dari 50 kg hanya boleh mendonorkan sesuai dgn berat badannya.
b.      Suhu badan tidak boleh melebihi 37,5 C
c.       Denyut nadi harus teratur antara 50 smp 100 x/I
d.      Tekanan sistol harus diantara 90 -180 mmHg
e.       Kadar Hb pd wanita paling tidak 12,5 gr/dl dan pria 13,5gr/dl
f.       Usia minimal 18 thn Karena pertimbangan kebutuhan besi yg tinggi pada akil baligh.
g.      batas atas 65 thn karena meningkatnya insiden penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler
h.      Pendonor harus dalam keadaan sehat dan harus bebas dari faktor dibawah ini :
-          Riwayat hepatitis sekarang atau terdahulu / riwayat kontak dekat dgn pasien hepatitis / dialisis dalam 6 bulan terakhir.
-          Riwayat sifilis dan malaria yg tidak diobati, karena penyakit ini dapat ditularkan melalui transfusi meskipun sdh setahun sebelumnya. orang yg sdh bebas gejala dan bebas terapi selama 3 thn setelah menderita malaria diperbolehkan menjadi donor.
-          Riwayat atau terdapat bukti penyalahgunaan obat dengan cara menyuntik sendiri karena banyak pengguna obat intravena adalah karier hepatitis dan resiko terjadi AIDS tinggi pada kelompok ini.
-          Riwayat kemungkinan pajanan HIV seperti : melakukan sex anal, kontak sex dengan banyak pasangan dan pengguna obat intravena.
-          Infeksi kulit karena kemungkinan mengkontaminasi jarum flebotomi.
-          Riwayat asma, urtikaria, alergi obat karena hipersensitif dapat ditransmisi secara pasif ke resipien.
-          Kehamilan dalam 6 bulan terakhir karena kebutuhan nutrisi yg tinggi pada ibu hamil.
-          Riwayat terpajan penyakit menular dalam 3 minggu karena ada resiko penularan ke penerima.
-          Riwayat donor darah dlm 56 hari terakhir.
Resiko Transfusi Darah
Transfusi darah tentu ada resikonya terhadap penerima. Resiko yang paling umum adalah terjadinya reaksi transfusi. Reaksi transfusi adalah Suatu reaksi yang dapat terjadi setelah pemberian darah, komponen – komponen darah atau berbagai cairan secara intravena. Saat menerima darah transfusi, sistem pertahanan tubuh akan bereaksi karena menganggap darah yang masuk adalah benda asing. Tubuh akan menolak darah yang masuk dan berusaha menghancurkannya. Namun, keadaan ini dapat dicegah dengan pemeriksaan golongan darah yang ketat sebelum dilakukan transfusi darah. Darah penerima dan darah donor dicocokan golongan darahnya, baik melalui sistem ABO maupun Rhesus.
Meskipun telah dilakukan pencocokan golongan darah, beberapa penderita tetap dapat mengalami reaksi ringan transfusi darah seperti :
  • Demam.
  • Gatal dan bintik bintik merah pada kulit.
  • Nafas pendek.
  • Nyeri.
  • Berdebar debar.
  • Menggigil.
  • Tekanan darah menurun.
Reaksi transfusi ini memang sedikit menakutkan namun tidak berbahaya jika cepat ditangani.
Reaksi yang terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik atau transmisi penyakit infeksi.
1. Reaksi pirogen
Ditandai dengan : pasien kedinginan /menggigil diikuti demam biasanya 1jam setelah transfusi.biasanya menggigil akan menghilang setelah 15-30 menit, sedangkan demam akan menetap dlm sampai beberapa jam. Reaksi ini terjadi oleh karena sensitivitas thd sel darah putih, trombosit atau protein plasma donor
Penangananya : pasien diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat atau obat anti piretik
2. Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas dari pasien thd komponen yg tdk diketahui dari donor darah. Reaksi ini sering terjadi dan dihubungkan dgn kemungkinan transmisi antibodi dari donor. Klien mengalami urtikaria (biduran)/gatal-gatal menyeluruh yg ditransfusikan atau transfer pasiv antibodi dari donor yg bereaksi dgn berbagai antigen yg dipaparkan kpd resipien.
3. Reaksi hemolitik
Reaksi ini disebabkan oleh inkompatibilitas/ketidakcocokan golongan darah, inkompatibilitas plasma atau serum dan pemberian cairan non isotonik. Merupakan Reaksi yangg paling berbahaya, terjadi bila darah donor tidak sesuai dgn golongan darah resipien, antibodi dalam plasma resipien akan segera bergabung dengan antigen pada eritrosit donor dan sel tersebut segera mengalami hemolisis baik dalam sirkulasi maupun dalam sistem retikuloendotelial Transfusi Darah. Fase akut ini terjadi dlm 1 jam pertama, kematian dapat terjadi pada hari ke 5 – 14.
4. Transmisi Penyakit menular
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus ditanyakan dahulu apakah pasien pernah menderita penyakit tersebut dan apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah endemis malaria.

0 komentar:

Posting Komentar