Diare termasuk
penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa.
Dua pembunuh terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare
dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:
- Pemakaian botol susu yang tidak bersih
- Menggunakan sumber air yang tercemar
- Buang air besar disembarang tempat
- Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam
menyebabkan anak diare. Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai
kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua yang dapat
mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus
diawasi.
Ada cara yang mudah untuk mencegah
terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun. Kebiasaan sederhana
mencuci tangan dengan sabun, jika diterapkan secara luas, akan
menyelamatkan lebih dari satu juta orang di seluruh dunia, khususnya
balita
Tak kalah penting adalah pemberian ASI
minimal 6 bulan. Sebab, di dalam ASI terdapat antirotavirus yaitu
imunoglobulin. Makanya, anak-anak yang minum ASI eksklusif jarang
menderita diare. Selain ASI, imunisasi campak ternyata bisa mencegah
diare,” tambah dr. Luszy Arijanty, Sp.A.
“Penyebab utama diare pada orang dewasa
adalah bakteri yang mengkontaminasi makan dan minuman, sehingga mencegah
diare pada orang dewasa adalah dengan memperhatikan kebersihan makanan
dan minuman. Jadi pilihlah makanan yang tetap dalam keadaan baik,” saran
dr. Ari Fahrial Syam, SP.PD, KGEH, MMB.
Suntikan Vaksin Rotavirus
Di Indonesia kematian anak mencapai 240.000
orang per tahun. Kematian anak karena diare 50.400 orang. Dari jumlah
itu 10.088 anak di antaranya akibat rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya
sekitar 21-42 persen balita meninggal akibat diare dari rotavirus.
Rotavirus ditemukan pertama kali oleh Ruth
Bishop (Australia) tahun 1973. Di Indonesia rotavirus ditemukan pada
1976. Rotavirus kemungkinan masuk ke tubuh manusia bukan hanya lewat
oral tapi juga melalui saluran pernafasan.
Untuk mencegah diare akibat infeksi
rotavirus, bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).
Sayangnya di Indonesia, vaksin rotavirus ini belum ada. Namun karena
rotavirus generasi awal itu strainnya sama dengan yang di dunia, G1, G2,
G3, dan G4, maka vaksin yang sudah ada di negara lain bisa digunakan.
Tahun 2005, strain rotavirus di Indonesia
berubah menjadi G9. Jenis ini jarang meski sempat ditemukan di India.
Saat ini Amerika, hampir di semua negara Eropa, Cina, India, Bangladesh
dan Filipina, sudah menggunakan vaksin rotavirus. Bahkan di Filipina dan
Amerika vaksinasi rotavirus termasuk diwajibkan.
Sementara itu di Indonesia, vaksinasi
rotavirus belum ada. Rotavirus diberikan 2-3 kali pada bayi usia 6-8
minggu. Harganya memang masih mahal Rp 300 ribu-500 ribu satu kali
vaksin. Jika digunakan massal, bisa lebih murah sebagaimana hepatitis B.
Saat ini vaksin rotavirus buatan Merck dan GSK sudah masuk proses izin
di BPOM.
Apabila disetujui Badan POM (Pengawas
Obat dan Makanan), selanjutnya menyiapkan delapan rumah sakit (enam
rumah sakit pendidikan, RSUD Kodya Yogyakarta dan RSUD Purworejo) untuk post marketing surveillens vaksin rotavirus. Vaksin diharap bisa mengurangi diare akibat rotavirus.
0 komentar:
Posting Komentar