Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Clostridium tetani. Kuman ini menghasilkan racun yang dapat menghasilkan
racun yang dapat mempengaruhi jaringan saraf manusia. Racun ini akan
menjalar di sepanjang saluran saraf tepi, sampai ke susunan saraf pusat,
danmengikuti aliran darah. Adanya racun ini mengakibatkan kekakuan otot
di seluruh tubuh, terutama otot pengunyah dan otot batang tubuh.
Clostridium tetani termasuk kuman yang hidup tanpa oksigen (anaerob),
dan membentuk spora. Spora ini mampu bertahan hidup terhadap lingkungan
panas, antiseptic, dan jaringan tubuh, sampai berbulan-bulan. Kuman yang
berbentuk batang ini sering terdapat dalam kotoran hewan dan manusia,
dan bisa menyebar lewat debu atau tanah yang kotor, dan mengenai luka.
Tetanus sering menginfeksi luka, terutama luka akibat tusukan benda
tertantu, seperti paku, jarum, duri, dan sebagainya. Infeksi oleh kuman
ini dimulai dari masuknya spora ke dalam luka. Spora itu akan berkembang
dan mengeluarkan neurotoksin (tetanospamin) yang akan menyebabkan
otot-otot menjadi kejang (spasme). Kontraksi kejang ini sangat kuat,
bahkan dapat merobek otot atau fraktur kompresi pada tulang punggung.
Bila kita terkena luka, kita tidak dapat mendeteksi langsung apakah kita
terkena kuman tetanus atau tidak. Apalagi luka kecil pun bisa
mengakibatkan tetanus. Sebagai catatan saja, kuman tetanus bisa masuk
lewat gigi berlubang yang dikorek-korek dengan tusuk gigi atau benda
lain yang tidak bersih. Dapat juga masuk lewat telinga, jika kita
membersihkannya dengan barang yang tidak bersih.
Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi penyakit ini
berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya kuman tetanus ke dalam
tubuh. Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya.
GEJALA
Gejala penyakit tetanus bisa dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
-Tahap awal
Rasa nyeri punggung dan perasaan tidak nyaman di seluruh tubuh merupakan
gejala awal penyakit ini. Satu hari kemudian baru terjadi kekakuan
otot. Beberapa penderita juga mengalami kesulitan menelan. Gangguan
terus dialami penderita selama infeksi tetanus masih berlangsung.
-Tahap kedua
Gejala awal berlanjut dengan kejang yang disertai nyeri otot pengunyah
(Trismus). Gejala tahap kedua ini disertai sedikit rasa kaku di rahang,
yang meningkat sampai gigi mengatup dengan ketat, dan mulut tidak bisa
dibuka sama sekali. Kekakuan ini bisa menjalar ke otot-otot wajah,
sehingga wajah penderita akan terlihat menyeringai (Risus Sardonisus),
karena tarikan dari otot-otot di sudut mulut.
Selain itu, otot-otot perut pun menjadi kaku tanpa disertai rasa nyeri.
Kekakuan tersebut akan semakin meningkat hingga kepala penderita akan
tertarik ke belakang. (Ophistotonus). Keadaan ini dapat terjadi 48 jam
setelah mengalami luka.
Pada tahap ini, gejala lain yang sering timbul yaitu penderita menjadi
lambat dan sulit bergerak, termasuk bernafas dan menelan makanan.
Penderita mengalami tekanan di daerah dada, suara berubah karena
berbicara melalui mulut atau gigi yang terkatub erat, dan gerakan dari
langit-langit mulut menjadi terbatas.
-Tahap ketiga
Daya rangsang dari sel-sel saraf otot semakin meningkat, maka terjadilah
kejang refleks. Biasanya hal ini terjasi beberapa jam setelah adanya
kekakuan otot. Kejang otot ini bisa terjadi spontan tanpa rangsangan
dari luar, bisa pula karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya
cahaya, sentuhan, bunyi-bunyian dan sebagainya. Pada awalnya, kejang ini
hanya berlangsung singkat, tapi semakin lama akan berlangsung lebih
lama dan dengan frekuensi yang lebih sering.
Selain dapat menyebabkan radang otot jantung (mycarditis), tetanus dapat
menyebabkan sulit buang air kecil dan sembelit. Pelukaan lidah, bahkan
patah tulang belakang dapat terjadi akibat adanya kejang otot hebat.
Pernafasan pun juga dapat terhenti karena kejang otot ini, sehingga
beresiko kematian. Hal ini disebabkan karena sumbatan saluran nafas,
akibat kolapsnya saluran nafas, sehingga refleks batuk tidak memadai,
dan penderita tidak dapat menelan.
PENGOBATAN
Bila sudah ada gejala ringan tetanus, maka sumber luka (infeksi) harus
segera diketahui.Kemudian, kadang dokter membuka luka baru dengan tujuan
ada udara masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah
itu luka dibersihkan dengan antiseptik atau H2O2 dan antibiotik
(*******ilin).
Untuk membunuh toksin tetanus, biasanya pasien diberi suntikan ATS
(antitetanus serum). Sedangkan untuk mengatasi kejangnya diberi obat
penenang (barbiturat atau valium). Jika keadaan pasien cukup gawat,
misalnya otot-otot yang berhubungan dengan pernafasan (otot dada) kaku,
maka pasien perlu diberi alat respirator.
Perawatan tetanus perlu sedikit 'spesial' karena pasien bersifat
hipersensitif terhadap rangsang. Ini disebabkan karena toksin yang
menempel di otot memblok sistem neoromoskular sehingga otot mudah
terangsang. Kena rangsang sedikit saja, mereka bisa kejang-kejang yang
sifatnya amat melelahkan. Karena itu kebanyakan pasien tetanus dirawat
di ruang ICU dan jika perlu dibius umum.
Biasanya kamar perawatan pasien tetanus diletakkan di ujung atau di
tempat yang relatif sepi. Bahkan dulu pasien dirawat di tempat yang
gelap, agar lebih tenang dan menghindari rangsang. Seringkali pasien
tetanus membutuhkan waktu yang relatif lama untuk penyembuhannya (2-3
bulan).
CEGAH DENGAN IMUNISASI
Cara pencegahan tetanus yang paling jtiu adalah dengan imunisasi.
Imunisasi merupakan kekebalan aktif yang akan menjadi benteng terhadap
kuman-kuman tetanus. Nah, apakah Anda sudah mendapatkan imunisasi
tetanus? Jika belum, segeralah berkunjung ke puskesmas atau rumah sakit
untuk mendapatkan imunisasi ini.
Lebih utama bila sejak bayi diimunisasi dengan suntikan DPT (difteri
pertusis tetanus), yang kemudian dilanjutkan dengan booster
(pengulangan). Sementara pada orang yang tidak diketahui sejarah
imunisasinya, namun memperlihatkan gejala khar tetanus, maka kepadanya
diberikan suntikan tetanus toksoid (TT), untuk merangsang tubuh membuat
antibodi sendiri.
Pada mereka yang kemungkinan menunjukkan risiko tinggi tetanus, bisa
diberikan dua jenis suntikan sekaligus, ATS dan TT, terutama jika
riwayat imunisasinya meragukan. Penyuntikan ATS dilakukan di lengan
kanan dan TT di lengan kiri atau sebaliknya. Tujuannya agar keduanya
bekerja secara simultan, yang satu melawan kumannya, sementara yang lain
membangun antibodi.
Selain dengan imunisasi, kita pun dapat meminimalkan terjadinya infeksi
terhadap luka dengan berhati-hati saat beraktifitas, khususnya bila
berhubungan dengan tempat-tempat atau benda-benda kotor. Bila
membersihkan gudanga tau kebun, misalnya, maka sebaiknya kita memakai
alas kaki dan sarung tangan. Untuk anak-anak, jauhkan benda-benda tajam
dan kotor dari jangkauan mereka.
Sumber: Majalah NIKAH,
0 komentar:
Posting Komentar